PS Nur Irsyad adalah sebuah Organisasi Islam yang bergerak di bidang Seni Bela diri terkhusus pada Pencak Silat yang telah di akui oleh IPSI Berpusat di Pinrang dan sekarang tersebar di seluruh wilayah Nusantara.
LOGO PS NUR IRSYAD
Sebagaimana yang tertuang dalam Surah An-Nur Ayat 35 dan dari Tafsir Ibnu katsir
Allah SWT berfirman:
وَلا
غَرْبِيَّةٍ يَكادُ زَيْتُها يُضيءُ وَلَوْلَمْ تَمْسَسْهُ نارٌ نُورٌ عَلى
نُورٍ يَهْدِي اللهُ لِنُورِهِ مَنْ يَشاءُ وَ يَضْرِبُ اللهُ الْأَمْثالَ
لِلنَّاسِ وَ اللهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَليمٌ
Allah (Pemberi)
cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya adalah seperti
sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita
itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya)
seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak
berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur
(sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya), yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas
cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang
Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu. (QS. 24:35)
‘Ali bin Abi Thalhah meriwayatkan perkataan ‘Abdullah bin ‘Abbas
tentang firman Allah : “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan
bumi,” yakni, Allah pemberi petunjuk bagi penduduk langit dan bumi. Ibnu
Juraij berkata, Mujahid dan ‘Abdullah bin ‘Abbas berkata tentang firman
Allah : ‘Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi.’ Yaitu, yang
mengatur urusan di langit dan di bumi, mengatur bintang-bintang,
matahari, dan bulan.”
Ibnu Jarir meriwayatkan dari Anas bin
Malik , ia berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman: ‘Cahaya-Ku adalah
petunjuk.’” Inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnu Jarir. Abu Ja'far
ar-Razi meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab tentang firman Allah : “Allah
(Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya-Nya.”
Yaitu, orang Mukmin yang Allah resapkan keimanan dan al-Qur-an ke dalam
dadanya. Lalu Allah menyebutkan permisalan tentangnya, Allah
berfirman: “Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi,” Allah
memulai dengan menyebutkan cahaya-Nya, kemudian menyebutkan cahaya orang
Mukmin: “Perumpamaan cahaya orang yang beriman kepada-Nya.” Ubay
membacanya: “Perumpamaan cahaya orang yang beriman kepada-Nya,” yaitu
seorang Mukmin yang Allah resapkan keimanan dan al-Qur-an ke dalam
dadanya. Demikianlah diriwayatkan oleh Sa’id bin Jubair dan Qais bin
Sa’ad dari ‘Abdullah bin ‘Abbas, bahwa beliau membacanya: “Perumpamaan
cahaya orang yang beriman kepada Allah.”
Sebagian qari’ membacanya: “Allah Penerang langit dan bumi.” Adh-Dhahhak membacanya: “Allah yang menerangi langit dan bumi.”
Dalam menafsirkan ayat ini, as-Suddi berkata: “Dengan cahaya-Nya langit dan bumi menjadi terang benderang.”
Dalam kitab ash-Shahihain diriwayatkan dari ‘Abdullah bin ‘Abbas , ia
berkata: “Apabila Rasulullah bangun di tengah malam, beliau berdo’a:
“Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau adalah cahaya langit dan bumi
serta segala sesuatu yang ada di dalamnya. Segala puji bagi-Mu, Engkau
Yang Mengatur langit dan bumi serta segala sesuatu yang ada di
dalamnya.” (Al-Hadits)
Firman Allah : “Perumpamaan cahaya-Nya,” ada dua pendapat berkaitan dengan dhamir (kata ganti orang ketiga) dalam ayat ini:
Dhamir tersebut kembali kepada Allah, yakni perumpamaan
petunjuk-Nya dalam hati seorang Mukmin seperti misykaah (lubang yang tak
tembus). Demikian dikatakan oleh ‘Abdullah bin ‘Abbas .
Dhamir
tersebut kembali kepada orang-orang Mukmin yang disebutkan dalam konteks
kalimat, yakni perumpamaan cahaya seorang Mukmin yang ada dalam hatinya
seperti misykaah. Hati seorang Mukmin disamakan dengan fitrahnya, yaitu
hidayah dan cahaya al-Qur-an yang diterimanya yang sesuai dengan
fitrahnya. Seperti disebutkan dalam ayat lain:
“Apakah
(orang-orang kafir itu sama dengan) orang-orang yang mempunyai bukti
yang nyata (al-Qur-an) dari Rabbnya, dan diikuti pula oleh seorang saksi
(Muhammad) dari Allah.” (QS. Huud: 17)
Allah menyamakan
kemurnian hati seorang Mukmin dengan lentera dari kaca yang tipis dan
mengkilat, menyamakan hidayah al-Qur-an dan syari’at yang dimintanya
dengan minyak zaitun yang bagus lagi jernih, bercahaya dan tegak, tidak
kotor dan tidak bengkok. Firman Allah : “Seperti sebuah lubang yang tak
tembus,” Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Muhammad bin Ka’ab, dan lainnya
mengatakan: “Misykaah adalah tempat sumbu pada lampu, itulah makna yang
paling masyhur.” Firman Allah : “Yang di dalamnya ada pelita besar,”
yaitu cahaya yang terdapat di dalam lentera. Ubay bin Ka’ab mengatakan:
“Mishbaah adalah cahaya, yaitu al-Qur-an dan iman yang terdapat dalam
dada seorang Mukmin.”
Firman Allah : “Pelita itu di dalam
kaca,” cahaya tersebut memancar dalam kaca yang bening. Ubay bin Ka’ab
dan para ulama lainnya mengatakan: “Maksudnya adalah perumpamaan hati
seorang Mukmin.” Firman Allah : “(Dan) kaca itu seakan-akan bintang
(yang bercahaya) seperti mutiara,” sebagian qari[1] membacanya tanpa
hamzah di akhir kata, yakni seakan-akan bintang seperti mutiara.
Sebagian lainnya membaca dan atau dengan kasrah dan dhammah huruf daal
dan dengan hamzah, diambil dari kata , artinya lontaran. Karena bintang
apabila dilontarkan akan lebih bercahaya daripada kondisi-kondisi
lainnya. Bangsa Arab menyebut bintang-bintang yang tidak diketahui
namanya dengan sebutan . Ubay bin Ka’ab mengatakan: “Yakni
bintang-bintang yang bercahaya.”
Firman Allah : “Yang
dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya,” yaitu
berasal dari minyak zaitun, pohon yang penuh berkah, yakni pohon zaitun.
Dalam kalimat, kedudukan kata adalah badal atau ‘athaf bayan. Firman
Allah : Yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di
sebelah barat(nya),” tempat tumbuhnya bukan di sebelah timur hingga
tidak terkena sinar matahari di awal siang dan bukan pula di sebelah
barat hingga tertutupi bayangan sebelum matahari terbenam, namun
letaknya di tengah, terus disinari matahari sejak pagi sampai sore.
Sehingga minyak yang dihasilkannya jernih, sedang dan bercahaya.
Abu Ja’far ar-Razi meriwayatkan dari Ubay bin Ka’ab tentang firman
Allah : “Pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan
tidak pula di sebelah barat(nya),” beliau berkata: “Yakni pohon zaitun
yang hijau dan segar yang tidak terkena sinar matahari, bagaimanapun
kondisinya, baik ketika matahari terbit maupun matahari terbenam.”
Beliau melanjutkan: “Demikianlah seorang Mukmin yang terpelihara dari
fitnah-fitnah. Adakalanya ia tertimpa fitnah, namun Allah meneguhkannya,
ia selalu berada dalam empat keadaan berikut: Jika berkata ia jujur,
jika menghukum ia berlaku adil, jika diberi cobaan ia bersabar dan jika
diberi, ia bersyukur. Keadaannya di antara manusia lainnya seperti
seorang yang hidup berjalan di tengah-tengah kubur orang-orang yang
sudah mati. Zaid bin Aslam mengatakan: “Maksud firman Allah : ‘Tidak di
sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat(nya),’ yaitu
negeri Syam.”
Firman Allah : “(Yaitu), yang minyaknya (saja)
hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api,”“Cahaya di atas
cahaya (berlapis-lapis),” al-‘Aufi meriwayatkan dari ‘Abdullah bin
‘Abbas , bahwa maksudnya adalah iman seorang hamba dan amalnya. Ubay bin
Ka’ab berkata tentang firman Allah : ‘Abdurrahman bin Zaid bin Aslam
mengatakan: “Yakni, disebabkan kilauan minyak yang bercahaya. Firman
Allah : “Cahaya di atas cahaya,” yakni tidak lepas dari lima cahaya,
perkataannya adalah cahaya, amalnya adalah cahaya, tempat masuknya
adalah cahaya, tempat keluarnya adalah cahaya, tempat kembalinya adalah
cahaya pada hari Kiamat, yakni Surga. As-Suddi mengatakan: “Maksudnya
adalah, cahaya api dan cahaya minyak, apabila bersatu akan bersinar,
keduanya tidak akan bersinar dengan sendirinya jika tidak berpasangan.
Demikian pula cahaya al-Qur-an dan cahaya iman manakala bersatu, tidak
akan bercahaya kecuali bila keduanya bersatu.”
Firman Allah :
“Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki,” Allah
membimbing kepada hidayah bagi siapa yang Dia kehendaki, seperti yang
disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dari
‘Abdullah bin ‘Amr , bahwa ia mendengar Rasulullah bersabda:
“Sesungguhnya Allah menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, kemudian
Allah memberi cahaya-Nya kepada mereka. Barang siapa mendapat cahaya-Nya
pada saat itu, berarti ia telah mendapat petunjuk dan barang siapa
tidak mendapatkannya berarti ia telah sesat. Oleh karena itu, aku
katakan: ‘Al-Qur-an (penulis takdir) dari ilmu Allah telah kering.’”
Firman Allah : “Dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi
manusia, dan Allah Mahamengetahui segala sesuatu.” Setelah menyebutkan
perumpamaan cahaya-Nya dan hidayah-Nya dalam hati seorang Mukmin, Allah
menutup ayat ini dengan firman-Nya: “Dan Allah memperbuat
perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Mahamengetahui segala
sesuatu.” Yaitu, Dia Mahamengetahui siapa yang berhak mendapat hidayah
dan siapa yang berhak disesatkan.
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa’id al-Khudri , bahwa Rasulullah bersabda:
“Hati itu ada empat macam: Pertama, qalbun ajrad (hati yang polos tak
bernoda) di dalamnya seperti ada pelita yang bersinar. Kedua, qalbun
aghlaf (hati yang tertutup) yang terikat tutupnya. Ketiga, qalbun
mankuus (hati yang terbalik). Keempat, qalbun mushfah (hati yang
terlapis). Adapun qalbun ajrad adalah hati seorang Mukmin, pelita dalam
hatinya adalah cahaya, qalbun aghlaf adalah hati orang kafir, qalbun
mankuus adalah hati orang munafik, yang mengetahui kemudian mengingkari.
Qalbun mushfah adalah hati yang di dalamnya bercampur iman dan nifak,
iman yang ada di dalamnya seperti tanaman yang disirami air yang segar
dan nifak yang ada di dalamnya seperti bisul yang disirami darah dan
nanah, mana dari dua unsur di atas yang lebih dominan, maka itulah yang
akan menguasai hatinya.”[2]
Sanadnya bagus, namun tidak diriwayatkan oleh penulis-penulis kitab hadits lainnya.
ٱللهُ نُورُ السَّماواتِ وَ الْأَرْضِ مَثَلُ نُورِهِ كَمِشْكاةٍ فيها
مِصْباحٌ الْمِصْباحُ في زُجاجَةٍ الزُّجاجَةُ كَأَنَّها كَوْكَبٌ دُرِّيٌّ
يُوقَدُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبارَكَةٍ زَيْتُونَةٍ لا شَرْقِيَّةٍ
Guru Besar PS Nur Irsyad
AKBP IlArti dayas Ardi Merupakan Guru Besar Dari Perguruan Silat Nur Irsyad dan juga memiliki Tugas Kasat Reskrim Kab. Pinrang. Alamat Jl. Diponegoro Pinrang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar